Dear Guests, this Blog is aimed as my informal thought about theoretical physics and related fields, such as computer science, mathematical physics, philosophy, biophysics and the others. It can be filled by everything which can be an idea or inspiration for my research interest. Regards, Agung Trisetyarso

Sunday, August 19, 2007

http://tech.groups.yahoo.com/group/Interdisiplin/message/2715

Tujuan Pendidikan?


Maka dari itu, tujuan pendidikan seharusnya adalah mengenal Allah SWT.

Semakin kenal seseorang Allah SWT, maka orang tersebut akan semakin
menyadari 'kehadiran'-Nya dalam setiap keadaan, sehingga terlindungi
dari sifat curang, mulai dari yang kecil sampai dengan yang besar.
Kedekatan dengan khaliq juga berdampak kepada semakin hebatnya daya
manfaat seseorang kepada lingkungannya, karena ilmu-Nya akan mengalir
deras kepada yang bersangkutan.

Sekarang ini pendidikan terlalu diarahkan ke tujuan-tujuan yang
sifatnya duniawi, jauh dari tujuan untuk mengenal Allah SWT.

Manifestasi tujuan duniawi dapat kita lihat pada tujuan pendek
pendidikan kita yang berorientasi pada nilai akademik semata (nilai
akademik pun hanya untuk mengukur kekuatan menghafal), sedangkan
tujuan akhirnya adalah uang dan status sosial.

Kesalahan tujuan jangka pendek pendidikan berakibat pada pendidikan
yang berbasis kepada kurikulum semata dan semakin menafikkan peran
guru. Ketika hal ini terjadi, guru hanya berperan sebatas sebagai
pengajar (yang hanya mengajarkan materi-materi pelajaran), tidak
sebagai pendidik (selain memberikan materi pelajaran, tapi juga
nilai-nilai lain, seperti etika, akhlak, ruh ilmu yang diajarkan dll).
Ini disebabkan kebijakan pemerintah yang lebih berminat mengalokasikan
dana untuk pembuatan buku-buku kurikulum yang tebal-tebal (sehingga
dapat dikorup), ketimbang memperbaiki kesejahteraan para guru.

Dampak ke siswa adalah mereka berorientasi sebatas pada materi
pelajaran akademik (yang berbasis kepada memorizing itu), sehingga
tidak heran kita temui para siswa kita tidak sungkan-sungkan untuk
mencontek ketika ujian atau doyan tawuran atau hidup secara hedonistik
atau menjadi para pembangkang. Hal tersebut disebabkan tidak
bersemainya nilai-nilai etika dan akhlaq pada lubuk hati mereka.
Cahaya Tuhan tidak menyinari hati mereka, disebabkan para guru tidak
dapat menjadi agen ilmu-Nya dengan baik; ilmu sebatas tertulis secara
kering di kertas, tidak pernah menyinari para siswa (bahkan mungkin
para gurunya sendiri).

Kesalahan tujuan jangka panjang pendidikan berakibat pada sifat tamak
para siswa. Bagi yang mengejar uang, maka mereka terkondisi sebagai
koruptor-koruptor ulung, jika bekerja di pemerintahan, dan menjadi
para kapitalis yang tidak berhati nurani, jika berada di swasta. Bagi
yang mengejar status sosial, misalnya dalam dunia sains dan teknologi,
mereka tidak sungkan-sungkan melakukan kecurangan-kecurangan demi
prestasi yang berakibat pada status sosial. Hal-hal tersebut sebagai
akumulasi akibat pendidikan yang tidak berupaya menghadirkan Allah
SWT. Output pendidikan sekuler menghasilkan para manusia yang tidak
mengenal etika, akhlaq dan cahaya ilmu, sehingga mereka berbuat
kerusakan, baik skala kecil atau pun besar.

Semoga era ini cepat berakhir ...

Wass.,

Agung

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home